
Ketegangan geopolitik memanas dan isu Perang Dunia ke-3 makin ramai dibicarakan, pertanyaan penting muncul adakah negara yang benar-benar aman jika konflik global pecah.
Jawabannya tidak mutlak. Namun, beberapa negara memang dianggap relatif lebih aman karena posisi geografis, kebijakan luar negeri netral, dan tingkat keterlibatan militer yang rendah dalam konflik internasional.
Apa yang Membuat Sebuah Negara Tergolong Aman?
Negara yang tidak terlibat dalam aliansi militer besar seperti NATO atau pakta pertahanan lainnya, cenderung luput dari serangan langsung. Mereka memosisikan diri sebagai pihak netral dalam konflik global.
Contohnya: Swiss, Irlandia, dan Kosta Rika negara yang secara tradisional menjaga netralitas dalam urusan militer internasional.
7 Negara yang Dianggap Relatif Aman Jika Perang Dunia Ke-3 Terjadi
1. Selandia Baru
Selandia Baru kerap disebut sebagai negara paling aman dalam skenario konflik global. Letaknya jauh di Pasifik Selatan, bebas dari aliansi militer besar, dan memiliki kebijakan luar negeri yang damai.
- Tidak memiliki musuh geopolitik besar
- Sistem politik stabil
- Infrastruktur tangguh dan tingkat kepercayaan publik tinggi
2. Swiss
Negara ini terkenal karena status netralnya yang konsisten sejak abad ke-19. Bahkan selama Perang Dunia I dan II, Swiss berhasil menjaga diri dari keterlibatan aktif.
- Tidak tergabung dalam NATO
- Geografi pegunungan memberikan pertahanan alami
- Tradisi diplomasi kuat dan independen
3. Islandia
Dengan populasi kecil dan lokasinya di Atlantik Utara, Islandia bukanlah target strategis utama dalam perang modern.
- Tidak memiliki tentara permanen
- Anggota NATO, namun berperan non-agresif
- Fokus pada diplomasi dan kemanusiaan
4. Kosta Rika
Unik karena negara ini secara resmi membubarkan angkatan bersenjatanya pada 1948 dan memilih berinvestasi dalam pendidikan dan kesehatan.
- Fokus pada diplomasi dan lingkungan hidup
- Tidak punya konflik geopolitik dengan negara manapun
- Sering dianggap sebagai contoh negara damai modern
5. Bhutan
Negara kecil di Himalaya ini dikenal karena filosofi “Gross National Happiness” dan isolasi budaya serta geografis yang kuat.
- Tidak memiliki ambisi geopolitik
- Tidak terlibat dalam aliansi militer
- Lokasinya sulit dijangkau secara militer
6. Finlandia dan Swedia (dalam kondisi khusus)
Meskipun kini lebih dekat ke NATO, kedua negara ini selama puluhan tahun menjaga netralitas. Sistem pertahanan sipilnya sangat maju dan masyarakatnya memiliki pelatihan survival sejak dini.
Jika tidak berada di garis depan konflik, mereka masih punya peluang bertahan dengan baik.
7. Kanada (Wilayah Utara)
Meski Kanada adalah sekutu utama AS dan anggota NATO, sebagian wilayahnya terutama di utara dipandang sebagai lokasi aman dengan kepadatan rendah dan jarak jauh dari pusat konflik.
Ancaman Non-Militer Tetap Harus Diwaspadai
Negara aman sekalipun tetap rentan terhadap dampak ekonomi global: kelangkaan bahan bakar, lonjakan harga pangan, dan inflasi. Oleh karena itu, sistem cadangan nasional dan ketahanan pangan tetap jadi prioritas.
Negara seperti Selandia Baru dan Islandia sangat bergantung pada impor. Gangguan rantai pasok bisa menyebabkan krisis logistik meskipun tidak terlibat perang secara langsung.
Konflik modern tidak lagi mengenal batas geografis. Bahkan negara netral pun bisa terdampak serangan digital terhadap sistem keuangan, pemerintahan, atau infrastruktur vital.